Jam alarm berbunyi, waktu menunjukan pukul 5 pagi. Dinginnya pagi itu membuat malas untuk menyibakan selimut. Berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi bagaikan satu kilo meter jauhnya. Terangnya kamar mandi menyilaukan mata ini.
Saya seorang karyawan di perusahaan swasta yang sudah bekerja hampir 9 tahun. Walaupun terkesan lama tetapi saya belum menikah juga. Mungkin saya terlalu sibuk dan mementingkan pekerjaan daripada bersosialisasi. Sebetulnya tidak begitu juga, saya sering berkumpul dengan rekan sepekerjaan baik pria ataupun wanita. Tapi apa yang membuat saya masih sendiri? Teman- teman sih bilang saya orangnya supel, baik hati, ga jelek amat, menarik lawan jenis tentunya, sebetulnya teman-teman wanita ada sih yang main mata atau benar kelilipan. Apa saya yang ga ngerti dengan cara Wanita atau memang belum ada yang kena di hati. Tapi sudahlah, saya yakin masih ada seseorang diluar sana "the truth is out the house" atau bisa jadi di depan batang hidung ku jodohnya itu.
Kalau kilas balik masa muda, dulu saya sangat hobi melukis, gairah saya itu melukis, apapun jadi inspirasi kalau sudah namanya melukis. Sempat masuk fakultas seni rupa beberapa semester namun tidak dilanjutkan sebab saya ikut kuliah lagi mengambil jurusan yang jauh berbeda dengan keinginan saya. Saat itu saya lebih jauh memikirkan masa depan agar bisa cepat bekerja. Dalam hati memang bertolak belakang tetapi harus dipaksakan hingga saya menyandang gelar sarjana. Begitulah awalnya.
Kemudian,
Ternyata setelah dapat pekerjaan, saya tidak menyangka dapat pekerjaan yang kurang saya suka. Ini kedua kalinya ada perbedaan dengan gairah dan hati saya. Ini akibat dari keputusan saya sebelumnya, maka tentu saya harus menerimanya. Misi saya jadi berubah, sekarang lebih kepada penghasilan. Senang rasanya dapat gaji pertama dan langsung habis. Pekerjaan tetap harus punya tanggung jawab kepada perusahaan, pelanggan dan sesama karyawan. Bagi saya semuanya menyenangkan pada akhirnya. Lupa deh sama melukis. Promosi jabatan saya dapatkan dan penghasilan juga bertambah. Setiap Manusia mempunyai impian dan salah satunya adalah saya ingin punya rumah. Saya gambar sendiri luar maupun dalamnya. Saya ambil rumah sederhana tapi ada punya kelebihan lahan. Akhirnya terlaksana juga walau harus menyicil setiap bulannya. Tidak terasa waktu terus bergulir, hingga ada keinginan untuk mengganti kendaraan tua ini dengan yang tahun muda. Dari sini pun saya sudah berpikir membeli kendaraan yang isinya banyak.
Dua hal sudah terlaksana, sekarang saya menikmati semua itu bahwa yang saya lakukan dengan membelinya merupakan kebutuhan penting bukan menghamburkan uang.
Setiap pulang malam hanya bisa mandi, makan dan tidur, main gadget saja sudah malas karena keburu ngantuk. Hari demi hari berlalu, bulan ke bulan berganti hingga pindah tahun, namun semuanya tetap apa adanya dan istilahnya seolah tidak bergerak mungkin sedikit membosankan. Walau keluar kota sama orang tua tetap ada yang kurang nyaman di hati. Ada hal atau sesuatu yang hilang. Mungkin pacar atau calon istri? Mungkin, bisa jadi. Tapi dimana calon istriku itu? Apakah saya terlalu acuh? Milih- milih? Ah ga juga sih. Orang tuaku agak cemas juga melihat keadaanku ini. Pernah saya dijodohkan, tapi ga "frontal" banget. Dipertemukan secara tidak sengaja. Ceweknya manis, sopan, ramah pokoknya idaman deh dengan raut wajahnya yang wanita banget. Tapi aku kenapa ga klik yah? Setiap malam saya pelajari, apa sih yang sebenarnya saya cari dari Wanita? Lama saya pelajari hingga bosan sendiri. Cowok kan biasanya cari yang body-nya mantap, mukanya "so cute", perhatian bak pramugari, suka selfie, baik hati. Wah kreterianya sudah basi Bro, semua juga pingin begitu kalau nanya cewek juga sama. Apalagi cewek lebih mem fokus kan pribadinya, seperti punya mobil pribadi, rumah pribadi, deposito pribadi, perhiasan pribadi iya kan (ga semua kan Sis?) Maaf- maaf saja kalau saya berpikir seperti itu waktu saya masih sekolah. Ini jaman nya beda tipis.
Diceritakan:
Hari yang indah untuk berkunjung ke rumah teman. hari minggu yang tenang. Sambil ngobrol disajikan kopi dan ketela goreng, wah indah memang hidup ini. Makanan cocok dengan suasana rumah temanku yang kuno. Sudah kira- kira satu jam kami ngobrol sana sini tapi bukan gosip Bro, tiba- tiba datang seorang Wanita mengenakan baju rok warna merah semerah bara api. Jalannya halus tekanannya dengan bunyi ketok ketak bagai kode buatku. Mata ini terpesona atas datangnya Malaikat cantik (*cantik itu relatif yah) dan bumi berguncang kala dia pun tersenyum dengan tatapan mata yang sanggup melelehkan gunung es di kutub selatan. Saya ga ingat berapa detik proses itu tetapi yang saya rasakan dunia tiba-tiba lambat berputarnya dan tidak ada apapun sepanjang horison selain Wanita berbaju merah itu, itu menurut penglihatan saya. Saya terkejut dan terpaku tanpa di martil sehingga teman saya pun heran. "Biasa aja deh, kamu lihat si Wina mirip liat Beyonce!".
Kemudian saya pun bertanya ke temanku siapa Wina itu. Ternyata teman bekerja adiknya. Saya cuma bilang "ooh..dia".
Dalam hati saya jingkrak dan tersenyum sendiri.
Malam ini saya sedikit ada kekuatan yang ga tahu darimana asalnya. Tapi kenapa jadi terbayang wajah si Wina? Pikiran saya terus berkata dan bertanya. Jangan- jangan itu yang namanya cinta jatuh pada pandangan pertama. Tapi masa iya? Akhirnya mata ini pun tertutup rapat karena sudah letih dan besok harus bangun pagi (lagi)
Beberapa hari kemudian:
Terik matahari kian menyengat, saya pun pergi mencari minuman dingin ke mini mart. Pas mau masuk ....ternyata ada si Wina mau masuk juga, wow kebetulankah? Wow apa yang sedang terjadi!
Malam ini saya nonton televisi ditemani makanan ringan alias kacang goreng, lalu ada jus mangga dan kue bolu buatan Ibu yang lezat tiada bandingnya. Kemudian saat giliran berita malam, pandangan saya terlalu fokus dengan beritanya dan pembawa beritanya, lama- lama kenapa wajah reporter itu mirip Wina? Saya gosok mata ini hingga sadar bahwa itu bukan dia tapi mirip kali yah. Langsung saya sambar HP dan.....
"Hei Bro, inget kan si Wina? Dia kerja dimana sih?".
Akhirnya saya tertawa sendiri, memang dia reporter stasiun televisi itu sudah lama. Berarti saya sering dong lihat dia tiap hari baca berita. Saya berpikir kenapa waktu dia ke rumah temanku itu jadi luar biasa? Apa karena dia memakai baju warna merah? Apa karena reporter ga perlu di lihat? Maksudnya, buat apa fokus pada kebiasaan? Tiap hàri kan ada dan wajar.
Ok Wina itu kan reporter berarti okay dong, ga ada reporter yang ga okay. kok bisa warna baju berpengaruh pada seseorang dan apa hubungannya dengan cinta? Langsung saya browsing internet dan kata pakar sih memang ada. Oh... jadi saya jatuh cinta sama baju merahnya? Tentu tidak kan. Bajunya itu ibarat katalisator doang. Jadi saya ini tertarik dengan sesuatu benda atau warna bisa juga bentuk yang sesuai dengan karakter otak ini. Mungkin waktu kecil pernah lihat atau ada moment yang membuat seseorang langsung klik atas dasar hal tersebut. Bingung? Udah ga usah dipikirin.
Hari- hari saya sekarang ini berbeda ada yang namanya Wina. Wanita hasil kolaborasi warna dan hati. Ehmm kedengarannya Eropa banget namanya. Ternyata dia memang yang saya cari dari semua teori pertanyaan saya itu maka terjawablah. Masa-masa pacaran memang selalu indah terus, tapi saya coba menggali semua kepribadian dia dengan beberapa contoh kasus dan saya praktekan secara diam-diam. Tetap saja dia itu sama karakternya, nalurinya,cara perhatiannya. Begitupun dia terhadap saya dan justru kadang saya terjebak. Wow bintangnya apa sih kok bisa cocok begini? Saya kan bintang Capricorn, oh ternyata dia kejora. Ini nih pasangan abadi yang klop banget. Mau dibulak balik tetap pas dan nyata loh. Tapi saingannya Virgo. Sudah takdir!
Iseng saya ke toko buku untuk beli kanvas dan alat- alat melukis.
Apa yang mau saya lukis bukanlah wajah Wina ku tetapi lukisan abstrak yang meng ekspresikan cinta kita.
Dua jam akhirnya selesai lalu saya bungkus buat kejutan dia besok. Pagi ini lukisan nya saya antar ke tempat dia bekerja dan saya simpan di atas meja kerjanya secara rahasia. Saya datang lebih awal biar ga ketemu dia.
Siangnya pas jam istirahat dia hubungi saya,
"Hey sayang, ini lukisan buatanmu bagus banget, aku sukaaaa sekaliiii, thank youuu hon"
Lalu aku tersenyum, padahal yesss!!!!
"Ah sayang makasih, kamu tau artinya?"
Wina pun dengan suara beratnya bahagia bilang,
"Tentu dong, itu kan perasaan kita berdua, kan banyak merahnya".
Wow...cuma itu kata buat dia. Yesss!!!
Lalu dia bilang lagi,
"Oh iya, ada client tadi disini mereka dari Los Angeles katanya bisa ga lukisan itu dibeli? Aku bilang yang ini tidak untuk dijual soalnya hadiah dari tunanganku. Tapi kalau mau nanti saya akan bilang untuk dibuat lukisan seperti ini".
Wow..lagi..buat dia! cerdas banget jawabannya itu, dasar reporter!
Semenjak kejadian itu, saya menghabiskan waktu untuk melukis. Tetapi saya lakukan kalau ada libur kerja saja. Ternyata tanggapan dari teman- teman sangat positif. Mereka pada beli untuk hiasan dinding kamar, ruang tamu, ruang keluarga. Wohhh saya kebanjiran order nih. Ehmm gimana caranya? Akhirnya saya membatasi waktu pengirimannya tapi tidak orderannya. Maksudnya satu lukisan buat satu minggu. Jadi cuma hari minggu saja saya bisa melukis dan hebatnya Wina ku ini, dia membantu saya baik memberikan inspirasi yang spontan, memberikan ide segarnya dan teknisnya juga dia bisa. Indah bukan? Begini nih kalau Reporter punya jiwa seni dan calon istri paling mantap. Ga salah merah itu ada hikmahnya.
Tahun berganti dan kami sudah menjadi suami istri dengan bayi lucu dipangkuan. Saya sudah tidak bekerja lagi di perusahaan itu, istri saya juga berhenti sebagai reporter dia mau mengurus bayi mungil saja dan saya berprofesi sebagai pelukis dengan membuka galeri, mengadakan pameran dan kami tinggal di Bali hidup sederhana namun bahagia.
"Terkadang seseorang bisa menemukan sisi jiwanya dan melakukannya dan dialah orang yang paling beruntung dalam hidupnya"
*Persembahan:
Buat Keluarga di Bali.
No comments:
Post a Comment