Thursday, June 18, 2015

Langit biru (cerita pendek)

Berhubung di negeri tercinta ini saat itu untuk urusan pekerjaan tidak ada kemajuan dalam hal penghasilan. Begitu banyak keinginan yang berharap cepat terwujud. Kemudian saya berpikir untuk pindah dan bekerja di luar negeri. Cari-cari informasi melalui teman dan iklan. Secara tidak sengaja juga saya menemukan iklan dan setelah saya hubungi ternyata saya harus ikut belajar di sana selama dua tahun dan sambil belajar baru ikut magang kerja. Hampir satu minggu saya cari agen yang tepat dan resmi hingga akhirnya dapat.  Saat itu saya mendapatkan informasinya dari teman yang pernah bekerja di Australia yang akhirnya dia pulang lagi setelah tiga kontrak selesai. Alasannya dia kurang betah tinggal di sana. Setelah saya hubungi agen itu ternyata memang sedang ada pencarian tenaga kerja dari luar Australia. Perusahaan ini merekrut karyawan spesialis nya dari beberapa negara termasuk Indonesia dan agen ini bekerjasama dengan empat Perusahaan di Australia. Pekerjaan yang saya lamar saat itu teknisi perangkat ringan sebuah Perusahaan berbasis IT. Saya memang pada saat ini bekerja di Perusahaan elektronik data yang cukup baik. Namun saya ingin mencari sesuatu yang berbeda, saya sangat berhasrat untuk pergi ke luar negeri mencari suasana baru, mendapat pengalaman dan ilmu yang berbeda, merasakan lingkungan baru dan tentu penghasilan yang lebih memberikan jaminan buat masa tua. Disamping itu saya baru putus dengan pacar saya yang menikah dengan sahabat saya. Satu hal ini sangat mengganggu pikiran saya. Tapi saya tetap optimis walau pun muak dengan suasana saat itu dan paling tidak kenangan pahit saya bisa terlupakan. Jadi antara ingin bekerja ke luar negeri dan menghindar dari masa lalu yang buruk. Saya pun bercerita kepada Ibu sayà dan Beliau tidak keberatan malah senang dan mengatakan semoga dapat jodoh orang sana sambil mendoakan agar sukses di negara orang.

Tiga minggu yang melelahkan mengurus dokumen dan keperluan lainnya seperti mengurus kesehatan, ke kedutaan dan imigrasi sampai akhirnya berada di Bandara udara menunggu pesawat. Ketika semuanya berjalan lancar saat keberangkatan ke Australia, masalah lain muncul saat baru tiba di sana. Tiba di negara asing tidak lah mudah, saya harus menyesuaikan dengan kebiasaan setempat terutama masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Satu minggu belum cukup untuk bisa tidur nyenyak, banyak sekali yang harus saya pikirkan dan rencanakan misalnya besok harus náik apa ke tempat saya bekerja. Hingga larut malam saya harus membuka peta kota itu agar hafal nama jalan dan rute ke tempat saya bekerja. Saya mau tidak mau mengerahkan kemampuan bahasa asing dan memahami  logat mereka yang kental itu yang bagi telinga saya berlainan sebab saya menganut bahasa Inggris Amerika. Belum lagi bagaimana saya memulai dengan pekerjaan di Perusahaan itu. Semua membutuhkan proses dan pengorbanan yang besar dañ menyita waktu saya. Disinilah saya belajar untuk benar-benar berjuang dan menjadi diri sendiri tanpa ada yang membantu. Inilah resiko yang harus saya lalui terasa berat namun kalau ingat mantan semuanya terasa ringan saja dibanding muak nya saya saat itu.

 Bekerja di darat di negara orang tidaklah juga mudah sampai saya akhirnya bertemu keluarga orang Australia yang sepertinya menikmati hari tuanya berdua. Kami bertemu saat di kedutaan besar Indonesia. Saya sedang mengurus dokumen immigrasi, melapor saya bekerja di Perusaan itu dan memperkenalkan diri bersama kedutaan yang pasti saya membutuhkan mereka. Pasangan suami istri ini sedang mengurus dokumen untuk berkunjung ke Indonesia. Dan saking ramahnya mereka langsung bertanya kepada saya dan terlibat pembicaraan dalam bahasa Indonesia. Awalnya saya ragu bicara bahasa sendiri ternyata mereka cukup lancar juga berbahasa Indonesia. Sampai kami sering bertemu, makan siang dan semakin akrab.
Saya sempat menawarkan jasa jika mereka memerlukan perbaikan elektronik atau apapun silakan hubungi saya dan ternyata saya dapat respon baik dari mereka. Ketika saya membetulkan kendaraannya, mereka menawarkan  saya untuk tinggal dirumah mereka. Mereka bilang rumahnya sering ditinggal karena sering berkeliling Dunia dan sering berkunjung ke pulau Bali, bahkan mereka punya rumah disana. Mereka bercerita bahwa saat pertama berkunjung ke pulau Bali, mereka bertemu satu keluarga yang sangat baik. Bahkan mereka menawarkan untuk tinggal di rumah mereka. Keluarga ini mempunyai usaha kecil kerajinan tangan dan setelah sekian lama usahanya berkembang maju atas bantuan mereka dari Australia ini. Produksi kerajinan tangannya ditawarkan kepada rekan-rekan dari Australia dan Eropa sehingga hasilnya maju pesat bahkan kekurangan modal pun di biayai mereka dan membagi hasil dari penjualannya sampai mereka membuka galeri di Kuta Bali dan sukses menjadi Perusahaan besar. Persahabatan dan semua perjumpaan itu membuat mereka juga  sangat baik kepada saya sehingga mereka pun menawarkan tempat tinggal kepada saya. Mereka mempunyai satu anak perempuan dan sudah berkeluarga dan sudah lama tinggal di Inggris. Begitulah awalnya saya bertemu mereka.
Sudah dua tahun saya berada di Australia dan segalanya tampak berjalan baik. Pekerjaan pun kian menyenangkan bahkan setiap bulan saya selalu mengirim uang membantu Ibu saya di Indonesia. Walaupun sudah sekian tahun memang saya jarang pulang ke Tanah air karena kesibukan disini menyita waktu dan karena juga saya berusaha mencari kesempatan belajar usaha kecil-kecilan. Ketika ada waktu saya menyempatkan pulang bertemu Ibu dan teman-teman lama yang walau hanya beberapa hari saja namun semua kerinduan akan masakan Ibu dan tempat ngobrol di warung pojok tersalurkan.

Tidak terasa sudah 5 tahun saya bekerja di Australia dan saya selalu berusaha menabung untuk berpikir membuka usaha sendiri, berencana buat menikah, sampai berkeluarga dan mempunyai simpanan untuk hari tua. Terpikir juga untuk membuka usaha restoran Indonesia di Australia ini. Di tempat saya tinggal ini sudah ada restoran Thailand dan ramai dikunjungi saat makan siang dan makan malam, jadi saya berpikir bagaimana jika memperkenalkan cita rasa Nusantara. Dari harapan lalu ada hasrat hingga di rencanakan lalu dilaksanakan. Untuk memulai usaha ini saya bekerjasama dengan seorang teman yang kebetulan dari Indonesia. Dia bekerja di sebuah Hotel terkenal sebagai Chef dan seorang sahabat pengusaha muda Australia. Di tempat saya ini cukup banyak komunitas orang Indonesia baik keluarga maupun pelajar. Setelah dipelajari semuanya dengan teliti akhirnya selama 3 bulan proses baru terlaksana dengan menyewa tempat strategis. Untuk membuka usaha saya harus menggandeng orang Australia karena ijin saya di sini sebagai pekerja saja. Bagi saya membuka usaha tidak mudah, saya dari dulu seorang pekerja kantorañ namun punya hobi masak warisan dari Ibu saya. Karena saya masih bekerja di Perusahaan maka saya ambil keputusan untuk jam siang nya saya percayakan kepada sahabat saya orang Australia ini. Dia mempunyai usaha toko serba ada dan sudah dipercayakan dan dikelola adiknya jadi dia punya waktu untuk bekerja sama dengan saya. Untuk bagian malam saya gantian dengan dia mengelola operasional restoràn tersebut. 

Setelah hampir satu tahun dan usaha restoran saya berjalan lancar, sudah banyak pelanggan maka saya putuskan untuk berhenti bekerja. Kini saya penuh waktu bisa fokus dengan usaha restoran tersebut. Saya sangat menikmati semua pekerjaan baru ini.

Mengurus usaha memang kadang menyita waktu sehingga tidak peka dengan keadaan yang seharusnya terjadi. Namun sesuatu hal itu sudah harus terjadi maka tidak akan terlewatkan. Begitu juga dengan kehadiran seseorang dalam hidup saya. Seorang Wanita datang ke dalam hidup saya dan yang ini cerita begini:

Saya berjumpa dengañ istri saya yang orang Australia ini berawal ketika saat itu saya sering menabung ke sebuah Bank setempat. Karena kami sering bertemu sehingga wajah ini tidak asing yang di mulai dari senyuman simpul hingga senyuman malu sampai pada suatu hari dia menyapa saya,
"Dari Indonesia?". Itulah awal nya hingga terus berkembang sampai kepada hubungan serius ke pelaminan. Seorang Wanita menyapa duluan yang artinya itu kabar baik untuk mulai suatu hubungan. Menurut cerita jika Wanita menyapa duluan artinya si Wanita tertarik dengan Pria karena jatuh cinta. Namun jika Pria menyapa duluan artinya suka bukan berarti cinta. Dari waktu ke waktu ada semacam tanda-tanda getaran dalam diri saya dan hal itu merambat bagai aliran listrik tegangan tinggi yang pada akhirnya saya merasakan kalau dia juga suka mencuri-curi pandang saat bekerja sebagai kasir di Bank tersebut. Buat saya awalnya tidak ada kejutan karena dia bisa saja ramah terhadap semua orang karena bagian dari pelayanan sebagai seorang kasir. Namun setelah sekian waktu saya merasakan ada keganjilan dalam setiap pertemuan bahwa setiap kali mau menabung kenapa saya berusaha sangat rapih, berusaha sewangi mungkin, terkadang senyum-senyum sendiri tanpa saya sadari dan ada perasaan begitu bahagia agar cepat bertemu dia. Jantung saya berpacu cepat saat mau bertemu dia. Satu hal yang membuat ada sesuatu yang membuat sulit jika dijelaskan sekali apa sebabnya, mungkin saat itu suara dia tidak memancing sesuatu dibanding raut wajahnya saat memandang saya yang seolah mengatakan betapa dia pun sedang jatuh hati. Tingkah lakunya yang bikin penasaran, setiap berhadapan dia seolah sedang ber imajinasi dan pupil matanya membesar begitu indah. Saya pun bisa merasakan dan melihat bagaimana semangat dan antusiasnya dia setiap saya duduk di kursi yang sama setiap saya ke Bank itu. Panah asmara sudah menancap di antara kami benar-benar terasa kuat. Sehingga berikutnya sebuah pertemuan-pertemuan yang semakin seru saja. 
Hingga dia bercerita saat kami makan siang bersama di sebuah restoran dan kami memutuskan mengambil meja kecil dengan dua kursi dan berada pinggir teras halaman dekat jalan dipayungi sampai  tangannya menyuapi saya dengan kue manis betapa dalam perhatian nya kepada saya dan dia juga bercerita bahwa setiap liburan dia selalu ke Bali, Medan dan Bandung, hal itu membuat pembicaraan kami saling bertautan karena dia faham banyak tentang Indonesia. Saya sangat kagum betapa dia kadang lebih tahu tentang Indonesia seperti makanan kesukaan nya adalah gado-gado dan daging rendang. Tetapi sayà pun tidak ketinggalan informasi mengenai Australia karena saya dulu pendengar siaran radio Australia.   
Kami sudah berpacaran hampir 4 bulan dan saya juga kadang heran bahwa kami tidak pernah bertengkar, sangat cocok satu sama lain, saling menghargai dan mengalah, saling empati dan kita berjalan pacaran apa adanya. Dia selalu mengatakan untuk selalu menjadi diri sendiri. Dia banyak mengajari saya sesuatu yang hebat, cita-cita nya dulu ingin menjadi konsultan pernikahan. Kemudian saya berpikir apa memang kami sudah mendapatkan seseorang yang tepat? Ataukah justru karena perbedaan budaya dan bangsa sanggup membuat semua ini berbeda? Ataukah karena pola pikir kami tidak terlalu kuatir dengan masa depan, fokus pembicaraan pada diri kita berdua? Sedemikian mudah kah semua ini? Jika seorang penyanyi maka antara lagu dan musiknya senada dan seirama, jika sebuah makanan maka ramuan bumbunya pas di lidah. Kami bukannya seperti cerita dalam film romantis hanya saja kami merasakan begitu kuat rasa kekuatan cinta ini terkadang dengan diam pun kami sudah cukup menyalurkan perasaan masing-masing. Kami bisa berbicara dalam hati seolah kami sudah tahu kelebihan dan kelemahan ini. Begitu nyaman dan indah. Kami benar-benar melalui hari demi hari dengan baik.
Dan saya pun akhirnya bertemu dan diperkenalankan dengan orang tuanya saat diundang untuk makan malam bersama. Orang tuanya ramah dan cepat akrab walau saya awalnya gugup juga namun suasana hangat membuat kàmi menguasai percakapan. Mereka sangat menghargai apapun keputusan dari anaknya. Keluarga dia sangat bahagia dan rukun saya bisa melihat cara mereka menerima saya dan pasangan orang tua ini masih terlihat mesra. Setelah beberapà pertemuan saat itu pun kami mengumumkan akan segera menikah. Hubungan kami tidak punya masalah apapun selama masa pacaran itu bahkan perbedaan keyakinan pun bisa kami lalui dengan baik dengan solusi yang baik. Saya juga sudah siap menyambut masa depan bersama dia walau pun ada satu perbedaan prinsipal namun dia bisa mengerti dan mengikuti saya.

Hingga akhirnya kami menikah di Indonesia. Pernikahan kami berjalan lancar dan sederhana, beberapa keluarga dan sahabat dari Australia juga hadir saat itu, kemudian untuk urusan resepsinya diadakan secara sederhana juga namun hikmat.
Setelah itu kami berbulan madu ke Bali selama tujuh hari dan akhirnya kembali ke Australia.
Usaha restoran kami terus berjalan baik dan istri saya pun berhenti bekerja lalu ikut mengelola restoran bersama. Kami dikaruniai satu anak perempuan dan dengan usaha restoran ini kami punya waktu untuk berlibur bersama ke Indonesia untuk bertemu Ibu saya dan sanak keluarga lainnya, bahkan kami juga mengajak Ibu saya ke tempat tinggal kami di Australia untuk liburan. 
Hingga kami mempunyai tempat restoran sendiri  bahkan membuka cabang di tempat lain dan semuanya tetap berjalan baik melihat anak kami tumbuh bersama lalu hidup terus berjalan, banyak kejadian-kejadian berlalu bagian dari perjalanan hidup. Suatu saat kita akan kehilangan apa yang kita sayang dan jika kita mengerti semua pemberianNYA maka kita pun akan ikhlas jika kehilangan dan Tuhan tahu itu.