Pernahkah Anda bertanya-tanya apa yang menyebabkan depresi klinis? Mungkin Anda didiagnosis depresi berat, dan hal itu membuat Anda bertanya mengapa ada beberapa orang mengalami depresi, sedangkan yang lainnya tidak.
Depresi adalah penyakit yang sangat kompleks dan terjadi karena berbagai alasan. Beberapa orang mengalami depresi sewaktu terkena penyakit medis yang serius. Beberapa yang lain mungkin mengalami depresi karena adanya perubahan hidup seperti pindah tempat tinggal atau kematian orang yang dicintai. Ada juga yang memiliki riwayat keluarga depresi, sehingga mereka mungkin mengalami depresi dan merasakan kesedihan dan kesepian tanpa alasan yang jelas.
Apa Penyebab Utama Depresi?
Terdapat sejumlah faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena depresi antara lain:
A. Kekerasan.
Kekerasan fisik, pelecehan seksual, atau emosional di masa lalu dapat menyebabkan depresi di kemudian hari.
B. Obat-obatan tertentu.
Sebagai contoh, beberapa obat yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi, seperti beta-blocker atau reserpin, dapat meningkatkan risiko depresi.
C. Konflik.
Depresi dapat disebabkan dari konflik pribadi atau perselisihan dengan anggota keluarga atau teman-teman.
D.Kematian atau kehilangan.
Kesedihan atau kedukaan karena kematian atau kehilangan orang yang dicintai, meskipun ini alami, juga dapat meningkatkan risiko depresi.
E. Genetik.
Riwayat keluarga yang memiliki depresi dapat meningkatkan risiko depresi. Hal ini karena diperkirakan depresi diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Walaupun masih belum diketahui secara pasti bagaimana hal ini dapat terjadi.
F. Peristiwa Besar.
Bahkan peristiwa baik seperti memulai pekerjaan baru, kelulusan, atau menikah dapat menyebabkan depresi. Begitu juga dengan perpindahan tempat, kehilangan pekerjaan atau pendapatan, bercerai, atau pensiun.
G. Masalah pribadi yang lain.
Masalah-masalah seperti isolasi sosial akibat penyakit jiwa lain atau dikucilkan anggota keluarga atau masyarakat juga dapat menyebabkan depresi.
H. Penyakit Berat.
Kadang-kadang depresi berdampingan dengan penyakit berat atau merupakan reaksi terhadap penyakit.
I. Penyalahgunaan zat.
Hampir 30% dari orang-orang dengan masalah ini, juga memiliki depresi berat atau klinis.
Bagaimana Faktor Biologi Terkait dengan Depresi?
Para peneliti telah mencatat perbedaan dalam otak penderita depresi dibandingkan dengan yang tidak depresi. Misalnya hippocampus, yaitu bagian kecil dari otak yang berperan penting untuk menyimpan memori, tampaknya lebih kecil pada orang dengan riwayat depresi dibandingkan orang yang tidak pernah depresi.
Hippocampus yang lebih kecil memiliki reseptor serotonin lebih sedikit. Serotonin adalah zat kimia otak yang menenangkan, dikenal sebagai neurotransmitter yang memungkinkan komunikasi antara saraf di otak dengan tubuh. Diperkirakan juga bahwa norepinefrin neurotransmitter mungkin terlibat dalam depresi.
Para ilmuwan belum mengetahui mengapa hippocampus lebih kecil pada orang dengan depresi. Beberapa peneliti telah menemukan bahwa hormon stres kortisol diproduksi secara berlebihan pada orang depresi. Peneliti tersebut percaya bahwa kortisol memiliki efek toksik atau beracun bagi hippocampus. Sedangkan beberapa ahli berteori bahwa penderita depresi lahir dengan hippocampus lebih kecil dan karena itu cenderung untuk menderita depresi.
Satu hal yang pasti, depresi adalah penyakit kompleks dengan banyak faktor. Pindai dan studi kimia otak terbaru dari efek penggunaan antidepresan, telah memberikan perluasan pemahaman mengenai proses biokimia yang terlibat dalam depresi. Seiring dengan peneliti lebih memahami penyebab depresi, maka profesional kesehatan akan dapat membuat diagnosis yang lebih baik dan pada akhirnya dapat meresepkan rencana pengobatan yang lebih efektif.
• Bagaimana Genetik Terkait dengan Risiko Depresi?
Kita mengetahui bahwa depresi tampaknya berjalan dalam keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara genetik dengan depresi. Anak, saudara, dan orang tua dari penderita depresi berat, jauh lebih mungkin untuk menderita depresi dibandingkan yang tidak. Banyak gen berinteraksi satu sama lain dengan cara khusus, yang mungkin berkontribusi pada berbagai jenis depresi yang berjalan dalam keluarga. Walaupun begitu, meski semua bukti menunjukkan adanya hubungan antara riwayat keluarga dengan depresi, para ilmuwan masih belum mampu mengidentifikasi gen “depresi”.
• Apakah Obat Tertentu Dapat Menyebabkan Depresi?
Pada orang tertentu, obat-obatan dapat menyebabkan depresi. Misalnya, obat-obatan seperti barbiturates, benzodiazepines, dan beta-blocker telah dikaitkan dengan depresi, terutama pada orang tua. Demikian juga obat-obatan seperti kortikosteroid, opioid (kodein, morfin), dan antikolinergik yang digunakan untuk meringankan kram perut, obat tersebut diketahui dapat menyebabkan mania, yaitu kondisi gembira sekali, yang berkaitan dengan gangguan bipolar.
• Apakah Kaitan Antara Depresi dan Penyakit Kronis?
Pada beberapa orang, penyakit kronis dapat menyebabkan depresi. Penyakit kronis adalah penyakit yang berlangsung dalam waktu yang lama dan biasanya tidak dapat disembuhkan sepenuhnya. Walau begitu, penyakit kronis sering dapat dikendalikan melalui diet, olahraga, kebiasaan gaya hidup, dan obat-obatan tertentu. Beberapa contoh penyakit kronis yang dapat menyebabkan depresi adalah diabetes, penyakit jantung, arthritis, penyakit ginjal, HIV / AIDS, lupus, dan multiple sclerosis (MS). Hipotiroid juga dapat menyebabkan perasaan depresi.
Para peneliti percaya bahwa dengan mengobati depresi, maka penyakit kronis yang menyertainya juga dapat membaik.
• Apakah Depresi Terkait dengan Nyeri Kronis?
Ketika nyeri bertahan selama berminggu-minggu sampai berbulan-bulan, maka nyeri tersebut disebut sebagai “kronis.” Nyeri kronis tidak hanya menyakitkan, tetapi juga mengganggu tidur Anda, kemampuan Anda untuk berolahraga dan beraktivitas, hubungan sosial Anda, dan produktivitas Anda di tempat kerja serta dapat membuat Anda merasa sedih, terisolasi, dan depresi.
Ada bantuan yang dapat diberikan untuk nyeri kronis dan depresi, misalnya program pengobatan multifaset, psikoterapi, pertemuan kelompok, dan sebagainya, yang dapat membantu Anda untuk mengelola rasa sakit, mengurangi depresi, dan membawa hidup Anda kembali ke jalurnya.
• Apakah Depresi Sering Terjadi Dengan Kesedihan?
Kesedihan adalah reaksi umum ketika kehilangan. Kehilangan yang dapat menyebabkan kesedihan yaitu kematian atau berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, kematian atau kehilangan hewan peliharaan, atau perubahan lain dalam hidup, seperti perceraian, kesepian, atau pensiun. Siapapun dapat mengalami kesedihan dan kehilangan, namun tidak semua orang akan mengalami depresi. Hal ini karena setiap orang mengatasi kesedihan tersebut dengan cara masing-masing.
•WebMd•