Friday, June 26, 2015

Air mengalir (Cerita singkat)

Sudah setengah jam menunggu di ruangan ini dan hari ini saya akan bertemu dengan petinggi perusahaan yang menawarkan kerja sama. Rasanya saya terjepit waktu dan kesempatan, bagaimana tidak mungkin jika mereka datang tepat waktu saya sudah beres dengan pertemuan makan siang bersama "si pembuat ide". Dari kaca jendela itu saya akhirnya melihat beberapa orang datang menghampiri ruangan ini.
"Selamat siang, maaf Pak macet bikin kita terlambat".
Sudah tentu itu alasan tepat di penjuru Dunia ini. Ada tiga orang kiriman dari Perusahaan itu dan salah satunya pasti sekretarisnya. Langsung kami membicarakan urusan bisnis di atas meja bundar tersebut. Pertemuan itu berlangsung hampir 2 jam lebih hingga saya sudah jenuh dengan penjelasan mereka yang menurut saya tidak bisa dilanjutkan untuk bekerjasama. Tetapi hal itu tidak membuat suasana lesu sebab di sebrang saya duduk Wanita yang dengan telitinya menyimak lalu sesekali menulis pernyataan atasannya. Kepercayaan dirinya sangat menonjol dengan gerakan tubuhnya yang diatur sedemikian rupa. Bicaranya menunjukan dia sangat berhati-hati namun fokus pada inti masalah.
Sudah hampir sebulan ini pengajuan dan pengenalan produk mereka berlangsung secara rutin dan pantang menyerah sehingga saya jadi sering bertemu Wanita itu. Satu atau dua kali pertemuan mungkin biasa saja, tidak ada yang diamati selain atasannya berdiri di depan sambil menjual produknya. Tetapi setelah beberapa waktu setiap saya bertanya dan ngobrol santai terlihat perubahan pada dirinya. Saya justru tidak kuat menatap dia, namun sebaliknya dia begitu fokus menatap kedua bola mata saya. Yang saya pikirkan tidak sejauh itu, wajar saja seseorang antusias ngobrol dan tatapannya seolah ingin mengatakan sesuatu. Ehm...apa iya demikian?
Baiklah saya lupakan cerita itu dan semenjak produknya akhirnya diterima dua bulan lalu saya pun tidak pernah bertemu dia lagi.

Saya mencoba cari tempat parkir yang hari ini rupanya penuh, oh iya weekend panjang. Sambil lihat kanan kiri lalu saya melihat dua orang sedang berbincang-bincang dan posisi kendaraan yang depan tidak beraturan. Kelihatannya yang didepan mau keluar atau masuk dengan cara mundur lalu yang belakang ketabrak depannya. Yang Pria itu tampak kesal dengan kejadian ini dan si Wanita yang ditabrak cuma diam sambil melipatkan kedua tangannya ke dadanya dan masih tersenyum.
Saya juga kesal jadi tidak bisa lewat karena depannya terhalang sedikit oleh mobil Bapak itu makanya saya langsung turun dari mobil. Ketika saya menoleh ke arah si Wanita ternyata dia nih yang sekretaris itu.
"Eh kirain siapa? Iya nih Bapak ini mau keluar tapi malah mundur". Kata si Wanita menyapa saya.
Akhirnya saya mencoba menengahi mereka. Saya coba melihat posisi kendaraan mereka ternyata benar kata Wanita itu dia ditabrak pas msu turun dari mobilnya. Kemudian kenapa sampai nabrak padahal ada ruang satu meter? Siapa sih yang mau jujur kalau sudah tahu salah. Namun saya akan bersikap adil dan bijaksana. Saya lihat jenis transmisinya kemudian disekitar ban belakang ada garis tebal bekas rem. Sepertinya dia terkejut dan tidak berharap sampai menabrak. Akhirnya saya sampaikan ke Bapak ini,
"Bapak tahu tidak bahwa sudah masuk ke R yang seharusnya D?" Si Bapak ini seolah tidak yakin dengan kesalahannya padahal saksinya jelas ketika mau turun dari mobilnya. Akhirnya Bapak ini kasih kartu nama dan ktp nya bahwa mobilnya juga di asuransi jadi sekalian saja bawa ke bengkel asuransi yang ditunjuk. Haduh dari tadi kenapa harus seperti ini yah, toh kalau di asuransi tidak usah ribet. Intinya mungkin saya harus bertemu si sekretaris ini. Setelah beberapa menit jalan dengannya, ternyata dia seorang yang supel. Aku pikir kok ada saja topik pembicaraannya. Apa mungkin dia tertarik atau sifatnya yang begitu. Saya tidak bermaksud lebih jauh tetapi rasanya kebetulan ini bikin saya penasaran. Sampai akhirnya kita memutuskan untuk makan malam di sebuah lokasi perbelanjaan itu. Nah saya pikir kalau Wanita bisa diajak makan berdua artinya dia belum punya pacar nih. Logikanya kan begitu. Dia tidak berkelakuan seperti saat resmi waktu bekerja, saat ini terlihat santai dan antusias saat ngobrol. Pembicaraan pun tidak menuju hal-hal yang pribadi dan bukan juga membicarakan orang lain. Sesekali senyumnya terlihat malu-malu. Saya sebenarnya sedang bingung dengan situasi ini. Namanya juga laki-laki selalu mempertanyakan "sesuatu". Hingga sebelum kami pulang, dia mengatakan,"Kapan-kapan kita wisata kuliner lagi yuk?".

Ok lupakan pertemuan dan makan malam itu. Mungkin sebuah hari yang beruntung buat kami berdua. Kesempatan seperti itu tidak mungkin terjadi lagi kecuali kita memintanya.

Sore yang melelahkan menuju rumah, persimpangan jalan saya berhenti karena lampu merah. Saya tidak perhatikan bahwa disebelah kiri itu ada seseorang kelihatannya sedang senyum-senyum sambil memandang arah saya. Ah ternyata si dia rupanya. Dari balik jendela kaca saya berteriak,
"Kamu suka nonton ga?".
Lalu dia pun berteriak,
"Film itu kan lagi diputar sekarang".
Wow sepertinya selera kita sama tuh.
"Iya, aku juga pingin nonton itu!".
Walau dibelakang suara klakson bunyi tapi kita tidak perduli. Tidak lama telepon genggamku bunyi, lalu terdengar suara singkat.
"Jemput aku nanti yah?"
Ok kali ini perlu dipertanyakan dan diperjelas batasan sebuah arti "sedang jatuh hati" dan "kebetulan". Saya dan dia tidak mengatur semua perjumpaan itu. Semuanya mengalir bagai air.
Ada kekuatan yang muncul dari benak saya dan perasaan saya saat itu meledak-ledak bagai kembang api di pesta tahun baru. Kebayang kan?
Saya cuma berpikir seolah berjalan diatas awan, semuanya dengan cara begitu saja. Tidak ada ketakutan, pembohongan, rasa percaya diri yang murni seolah kami harus bertemu dengan seadanya. Saya berpikir apapun dan bagaimanapun dia pada akhirnya, saya tidak perduli sebab kenyamanan ini tidak tergantikan. Saya tahu bahwa semakin dalam saya terlibat saya harus siap menerima apapun adanya. Disitulah peranan seseorang yang menginginkan arti sebuah hubungan selamanya. Saya belum tahu dia, begitu juga dia terhadap saya. Siapa yang akan perduli dan permasalahkannya? Saya sudah nyaman jadi kenapa harus mempertanyakannya? Saya tahu bahwa itu bukan hanya sebuah cinta, saya bisa merasakan sesuatu keluar dari hatinya dan itu sangat luar biasa.

Proses ini sungguh alami dan saya ataupun dia harus menghargai semua pemberianNya ini. Pada setiap kesempatan pun yang kita bicarakan adalah hari sekarang. Herannya kami itu tidak pernah mau tahu cerita masa lalu. Saya juga merasa untuk apa dan semua perjumpaan itu tidak ada hubungan dengan apa dan bagaimana. Kami berkomitmen bahwa dengan cara seperti ini bisa membawa dan membuat kita saling mengerti tanpa harus membuang-buang sesuatu yang tidak berguna. Mungkin itulah kelebihannya bahwa tidak ada yang lebih baik yaitu melihat satu senti saja kedepan daripada satu meter ke belakang.
Datang dari sesuatu yang sederhana dan berlanjut dengan cerita-cerita sederhana. Saya dan dia juga merasa tidak banyak drama-drama, hanya seadanya dan apa adanya. Walaupun saya dan dia tahu akan sesuatu tetapi kami berdua sudah berjalan cukup jauh dan melelahkan dan ini adalah hadiah terbaik untuk kita terima sampai kami menua. 
Saya tidak tahu kenapa ketika saya ada masalah rasanya ingin cepat menyampaikannya kepada dia, sebab dia begitu sayang sama saya yang dari dulu selalu dia katakan dan juga ingin ikut membantu memberikan jalan keluarnya dengan cara kita berdua. Setiap hal yang terjadi menimpa secara negatif, dengan rasa sayang kami itu membuatnya ringan dan sanggup bertahan ataupun keluar dari titik itu dengan baik. Rasanya jika kita mempunyai itu maka se hebat apapun badai di tengah lautan akan terasa seperti berlayar di atas danau tanpa riak sedikitpun.
Memang dari awal pun saya sudah menemukan itu pada dirinya. Yang sebagian orang tidak akan perduli tetapi datangnya pun tidak saya ketahui hingga kami berdua sadar.
Bahkan kami lupa bagaimana rasanya kesal dan emosi. Diantara kami hal pemisah itu mungkin karakter kami mssing-masing. Yang membuat kami heran itu betapa kami bersediĆ  menyimpan dulu ego, emosi itu sehingga hal yang keluar saat itu hanya pengertian yang terlalu dalam. Kami selalu saja menerima sebuah empati dan seolah kalah. Saya selalu ingat pertama bertemu dia dan cerita bagaimana semua hubungan kami terjadi dan perjalanan itu tidak berubah selain umur kita. Terkadang kami juga tidak tahu apa resepnya yang kadang teman-teman bertanya. 

No comments:

Post a Comment