Monday, October 15, 2012

Rasa kuatir yang berbalik - Sebuah cerita pendek



Diceritakan oleh seorang sahabat nun jauh di negeri seberang, dimana matahari terbenam sangat indah.
Kini dari jauh ku lihat warna dalam hidupmu, nafas panjang dan arti sebuah maaf, dan selamanya,
Karena sebelum kita meninggalkan semua ini, berikanlah bahagia itu seperti saat dahulu .........

Orang tua kami hanya mempunyai dua anak dan saat ini kami masing- masing sudah mempunyai keluarga . Masa lalu kami mungkin tidak terlalu baik hubungannya dikarenakan sesuatu hal, sehingga ketika kedua orang tua kami masih hidup merasa kuatir terhadap hubungan tidak harmonis ini. Kenapa harus demikian sulit padahal hanya dua bersaudara. Saya adalah salah satu anak kedua yang pada saat itu bisa dikatakan sudah mapan dan berhasil dalam hidup, sementara saudara saya kebetulan kurang beruntung hidupnya. Namun masih ada kekuatan yang tersisa darinya sehingga bisa bertahan sampai sekarang.

Orang tua saya pernah mengatakan, bahwa mereka itu sangat kuatir dengan kehidupan saudaraku, biarpun mereka sering dibantu, namun masalah demi masalah menghampiri tiada henti. Namun setelah beberapa tahun kemudian,  orang tua saya mengatakan, kenapa sekarang ini malah sebalikannya kekuatiran itu datang kepada saya.  Mungkinkah ini adalah sebuah tanda, bahwa hidup ada naik turunnya? Namun kenapa kekuatiran mereka begitu besar?  Betapa saya ini begitu angkuh dan terlalu percaya diri, karena  melihat apa yang sudah saya jalani saat ini baik- baik saja.

Setelah kedua orang kami tiada, sepertinya ada suatu hal yang tidak terkontrol oleh pikiran ini. Lambat laun saya merasa goyah dan bimbang, entah darimana semua perasaan itu muncul. Semakin kemari semakin rasanya ada hal yang hilang, pikiran saya begitu melemah. Saya berpikir,  mungkinkah selama ini sudah menyia- nyiakan mereka tersibukan dengan hidup saya dan waktu adalah hal yang penting saat ini, kenapa tidak sepenuhnya berbakti dan menyediakan banyak waktu untuk mereka pada saat mereka masih hidup.
Apakah ini sebuah pembelajaran untuk saya, untuk saudaraku? Mungkinkah karena jeleknya hubungan diantara kami berdua, yang sepertinya sudah semakin parah? Sepertinya Tuhan ingin menegur kami dengan cara-Nya.  Jalan menuju penyelesaian yang diberikan-Nya memang tidak pernah bisa kita ketahui, dan kita akan sadar pada akhirnya bahwa itulah bagian dari skenario-Nya. Dan memang benar adanya bahwa harus ada sebab dan akibat.
Percayalah bahwa pemikiran orang tua, rasa kuatir mereka, bahkan perkataan orang tua,  akan menjadi kenyataan dalam hidup seseorang di masa depannya. Namun akhirnya saya dan saudaraku sadar, bahwa inilah jalan yang terbaik bagaimana akhirnya kita bisa saling membuka diri dalam pikiran. Hanya dengan cara demikian maka akhirnya kami bisa berkomunikasi, berkumpul, bersatu lagi dan melupakan semua kesalahan- kesalahan di masa lalu.
Kini saudaraku sedikit demi sedikit mulai maju hidupnya, berkat kesabaran dan doanya. Yang bisa saya katakan adalah bahwa hidup ini tidak ada yang bisa bertahan. Saya pun membutuhkan seseorang, kalau bukan saudara sendiri siapa lagi? Saya memetik pelajaran dari hidup ini, bahwa saudara kita itu adalah seseorang yang paling berharga yang akan mengerti dengan diri kita.

Kita semua belajar dari kesalahan dan kemudian penyesalan
Kita semua melewati hal baik dan buruk,
Kita semua  ciptakan pemikiran benar dan salah
Kita semua hanya memainkan sebuah peranan dalam kehidupan ini



  
  

No comments:

Post a Comment