Thursday, July 2, 2015

Penjelasan UFO dan alien menurut al-Quran

Perdebatan antara meyakini dan menganggap hanya fenomena alam tentang adanya kehidupan selain di Bumi, UFO dan alien terus berlanjut. Begitu banyak saksi mata menyaksikan semua itu, bukti di lapangan namun selalu berakhir menjadi sebuah cerita fiksi ilmiah. Bukti asli maupun palsu banyak tersebar di media internet dan lainnya. Bahka begitu sulit untuk merasa yakin bagi yang menyaksikannya dan mereka sebenarnya yakin mengalami hal-hal aneh.
Sampai saat ini pun kebenaran UFO dan alien tidak bisa dibuktikan. Jangankan secara ilmiah, para pembaca masa depan dan kumpulan paranormal pun tidak sanggup membacanya.  Para peramal Dunia sejak dahulu pun tidak ada yang menyinggung masalah UFO ini. Ataukah disebabkan karena "sesuatu" ini tidak pernah dibahas di kitab suci dan cerita kuno? Ada anggapan bahwa hal itu berkaitan antara kepercayaan dan hal-hal gaib. Banyak juga teori mengatakan bahwa Manusia dibantu oleh "sesuatu" dalam membangun peradabannya di Dunia. Dunia dihuni oleh Manusia purba yang tidak tahu apa-apa yang hanya terdiri dari tanah, air, udara dan batu hingga lahirlah para ilmuwan jenius, berdirinya Piramida di Mesir dan sebagainya. Memang Manusia diberikan akal dan pikiran oleh Tuhan.
Jika kita melihat dari sisi lain seperti penjelasan di kitab suci al-Quran mungkin ada sedikit gambaran tentang UFO dan alien ini.
Salah satu keistimewaan al-Qur’an adalah memungkinkan penafsirannya yang terus berkembang dan selalu up to date. Salah satu contohnya adalah yang terdapat di dalam surat Ar-Ra’du (13) ayat 15.

Dan hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) “Man” yang ada di langit dan di Bumi, baik dengan kemauan sendiri (taat), ataupun terpaksa, begitupula bayang-bayangnya (ikut sujud) di pagi dan petang hari (QS 13:15).

Ayat tersebut menjelaskan adanya “Man” di langit dan di Bumi. Lalu siapakah yang dimaksud “Man” di dalam ayat ini?

1. Di dalam tata bahasa al-Qur’an (arab) “Man” menunjukan makhluk yang diberi akal. Sedangkan makhluk berakal yang diciptakan Allah swt ada 4, yaitu:
•Malaikat
•Iblis
•Jin dan
•Manusia.
Oleh sebab itu makhluk-makhluk lain seperti binatang, tumbuhan, atau benda mati tidak bisa disebut “Man” tetapi disebut “Maa”. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia maka “Man” bermakna “Siapa” dan “Maa” bermakna “Apa”.

2. Ciri-ciri “Man” yang dimaksud di dalam ayat di atas adalah:

•Sujud dengan taat kepada Allah;
•Sujud dengan terpaksa kepada Allah; dan
•Memiliki bayang-bayang.

Ayat tersebut berbunyi: Walillahi yasjudu Man fi ssamaawaati wal ardhi,  jika diterjemahkan menjadi: Dan kepada Allah “Man” di langit dan di Bumi bersujud/beribadah. Itu bunyi paragraf pertama dari ayat tersebut.

Paragraf ini menjelaskan adanya “Man” di langit dan di Bumi yang bersujud atau beribadah kepada Allah. Lalu dilanjutkan dengan kalimat:
Thou’an wa karhan wa dzilaluhum….,
jika diterjemahkan menjadi: Taat, dan terpaksa, dan bayang-bayang mereka…… paragraf ini menjelaskan ciri-ciri “Man” yang dimaksud pada paragraf pertama. Bahwa sujud/ibadahnya si “Man” yang dimaksud di atas kadang kala taat, kadang terpaksa, dan mereka memiliki bayang-bayang artinya terlihat.

3. Perlu diketahui lagi bahwa kata As-samaawaati pada ayat tersebut berbentuk jamak. Sehingga menjadi petunjuk bahwa “Man” yang berada di luar planet Bumi akan tersebar di banyak planet lain.

4. Jika melihat ciri-ciri tersebut diatas maka tidak mungkin yang dimaksud “Man” di dalam ayat tersebut adalah Malaikat, karena Malaikat selalu patuh kepada Allah, tidak pernah terpaksa, dan tidak terlihat.

5. Juga tidak mungkin yang maksud “Man” di dalam ayat tersebut adalah Iblis, karena Iblis tidak pernah taat kepada Allah serta tidak memiliki bayang-bayang atau tidak terlihat.

6. Dan tidak mungkin pula yang dimaksud “Man” di dalam ayat tersebut adalah Jin. Walaupun ada Jin yang taat dan terpaksa, tetapi Jin tidak memiliki bayang-bayang juga.

7. Maka yang dimaksud dengan “Man” pada ayat tersebut adalah makhluk seperti manusia. Yaitu mahkluk yang kadang kala taat beribadah, atau terpaksa serta memiliki bayang-bayang atau nyata. Oleh sebab itu, ayat tersebut menjadi petunjuk adanya makhluk berakal seperti manusia di luar planet Bumi.

Disamping “Man”, di luar planet Bumi pun Allah swt pun menciptakan “Maa” dari kelompok binatang melata. Sebagaimana firman Allah swt di dalam surat An-Nahl (16) ayat 49.

Dan hanya kepada Allah-lah sujud “Maa” yang melata yang ada dilangit dan “Maa” yang melata yang ada di Bumi. Dan para Malaikat, dan mereka tidak menyombongkan diri. (QS 16:49).

Ayat tersebut menjelaskan adanya “Maa” dan “Malaikat” di langit dan di Bumi yang selalu sujud kepada Allah serta tidak sombong. Pada ayat ini tidak ada istilah terpaksa, sebagai bukti bahwa Malaikat dan “Maa” selalu sujud dengan taat kepada Allah swt.

Mengakhiri pembahasan tentang makhluk di luar Bumi maka silahkan simak firman Allah swt di dalam surat Asy-Syura (42) ayat 29.

Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya, ialah menciptakan langit dan Bumi dan “Maa” yang melata yang Ia sebarkan pada keduanya. DAN IA MAHA KUASA UNTUK MENGUMPULKAN (MEMPERTEMUKAN) SEMUANYA (MAKHLUK LANGIT DAN BUMI) APABILA IA BERKEHENDAK (QS 42:29).

Jadi begitulah penjelasan mengenai penghuni langit lainnya.

No comments:

Post a Comment